Kamis, 31 Mei 2012

PROSES PEMBELAJARAN DALAM PTJJ


PROSES PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN TINGGI JARAK JAUH

Sistem Pendidikan Jarak Jauh (SPJJ) memiliki keunikan yang sekaligus membedakannya dengan sistem belajar yang diselenggarakan secara tatap muka. Salah satu keunikannya adalah keterpisahan secara fisik antara pengajar dan mahasiswa. Keunikan ini sekaligus membawa konsekuensi langsung yaitu keterbatasan proses belajar mengajar yang dilakukan dalam bentuk tatap muka.
Untuk mengatasi keterbatasan frekuensi pembelajaran tatap muka, maka harus dijembatani dengan penggunaan media yang memungkinkan terjadinya interaksi antara pengajar dan mahasiswa. Selain itu, penggunaan media belajar juga merupakan suatu bentuk strategi yang memungkinkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien. Melalui pemanfaatan media pembelajaran, mahasiswa dapat dengan fleksibel menentukan waktu belajar kapan saja, dimana saja,, menyesuaikan dengan kecepatan dan gaya belajarnya.
Media belajar utama dalam Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) adalah media cetak atau biasa dikenal sebagai modul. Bahan belajar lainnya yang perlu dikembangkan dalam sistem pembelajaran jarah jauh adalah media noncetak seperti audio, video, pembelajaran berbantuan komputer, dan lain-lain.
Melihat pentingnya peranan bahan pembelajaran dalam proses belajar mengajar pada pendidikan jarak jauh, maka dipandang perlu untuk mengembangkan bahan pembelajaran yang baik. Tujuan utama dari program ini adalah peningkatan kualitas dan kuantitas bahan pembelajaran. Beranjak dari tujuan tersebut,maka dipandang perlu untuk melakukan suatu kajian untuk mengevaluasi bahan pembelajaran yang telah ada dan digunakan oleh mahasiswa dan tutor.
Belajar Jarak Jauh merupakan suatu sistem pembelajaran yang menitik beratkan pada proses belajar mandiri secara aktif berdasarkan paket belajar (modul) dengan bimbigan tutorial yang diselenggarakan dari jarak jauh dan satuan waktu tertentu untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan jenis, sifat, dan jenjang pendidikan yang telah ditetapkan.

Prinsip Belajar Jarak Jauh
  1. Tujuan yang jelas. Perumusan tujuan harus jelas, spesifik, teramati, dan terukur untuk mengubah perilaku peserta didik
  2. Relevan dengan kebutuhan. Program Belajar Jarak Jauh relevan dengan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dunia kerja, atau lembaga pendidikan.
  3. Mutu pendidikan. Pengembangan program Belajar Jarak Jauh merupakan upaya meningkatkan mutu pendidikan yaitu mutu proses pembelajaran yang ditandai dengan proses pembelajaran lebih aktif atau mutu lulusan yang lebih produktif.
  4. Efisiensi dan efektivitas program. Pengembangan program Belajar Jarak Jauh harus mempertimbangkan efisiensi pelaksanaan dan ekfektivitas produk program. Efisiensi mencakup penghematan dalam penggunaan tenaga, biaya, sumber dan waktu, sedapat mubgkin menggunakan hal-hal yang tersedia.
  5. Efektifitas. Memperhatikan hasil-hasil yang dicapai oleh lulusan, dampaknya terhadap program dan terhadap masyarakat
  6. Pemerataan. Hal ini berkaitan dengan pemerataan dan perluasan kesempatan belajar, khususnya bagi yang tidak sempat mengikuti pendidikan formal karena lokasinya jauh atau sibuk bekerja..
  7. Kemandirian. Kemandirian baik dalam pengelolaan, pembiayaan, manapun dalam kegiatan belajar.
  8. Keterpaduan. Keterpaduan, yang dimaksud disini adalah keterpaduan berbagai aspek seperti ketepaduan mata pelajaran secara multi disipliner.
  9. Kesinambungan. Penyelenggaraan Belajar Jarak Jauh tidak insidental dan sementara, tetapi dikembangkan secara berlanjut dan terus menerus.
Dengan pertimbangan prinsip-prinsip tersebut, maka bentuk program jarak jauh dapat berupa paket belajar modular, program siaran radio, atau televisi, dan program multimedia.
Sistem Komponen Belajar Jarak Jauh
Pembelajaran jarak jauh disebut pembelajaran sistem terbuka, karena memberikan kesempatan kepada siapapun untuk belajar. Disamping itu peraturan yang diberlakukan tidak seketat kelas konvensional. Peserta didik tidak diwajibkan hadir di kelas untuk mengikuti proses pembelajaran seperti biasanya. Mereka pun tidak diwajibkan mengikuti jadwal pelajaran yang kaku. Peserta didik diberikan kesempatan untuk belajar sesuai karakteristik, kebutuhan, bakat, dan minatnya.
Sistem belajar jarak jauh diselenggrakan dengan maksud agar peserta didik dapat belajar mandiri. Bantuan terkadang dari pembimbing, yaitu guru dan tutor. Peserta didik belajar melalui teori, pikiran, perasaan, atau karya- karya yang telah dituangkan dalam buku teks, modul, majalah, suratkabar, atau program-program (software) yang disajikan melalui media berbasis TIK. Penyelenggaraan Sistem belajar jarak jauh meliputi mata pelajaran, ahli pengembangan materi pembelajaran, dan ahli media pembelajaran yang menyusun dan mengembangkan kurikulum. Mereka mempersiapkan, merancang, menyusun, dan memproduksi materi pembelajaran.
Program cetak dan program media yang dihasilkan ini lalu diberikan kepada peserta didik untuk dipelajari, baik secara individual maupun berkelompok. Mereka akan belajar sesuai dengan kemampuan dan percepatan belajarnya masing-masing. Peserta didik yang belajarnya cepat tidak perlu menunggu temannya yang lambat. Sebaliknya, yang lambat belajarnya tidak perlu merasa ditingggalkan oleh temannya, namun tetap berusaha untuk belajar dengan optimal sesuai karakteristiknya. Oleh karena tidak ada guru atau pembimbing langsung selama proses belajarnya, maka sistem belajar mandiri ini memerlukan kemauan, motivasi, dan semangat, serta disiplin yang besar dan kuat untuk bisa, pintar, atau cerdas. Jika menghadapi kesulitan atau tidak bisa mengerjakan soal, peserta didik diharapkan berdiskusi dengan teman. Untuk mengatasi hal ini maka diadakan tutor untuk memberikan kegiatan tutorial yang berfungsi sebagai pembimbing.
Dari uraian di atas pembelajaran PTJJ dapat didepenisikan sebagai pembelajaran yang berangsung secara jarak jauh karena terpisahnya pendidik dan peserta didik,mempersyaratkan kemandirian peserta didik, serta didukung oleh layanan belajar yang memadai . Tiga aspek utama dalam depenisi tersebut  adalah keterpisahan peserta didik dengan pendidik, kemandirian, dan layana belajar. Dengan bertolak dari definisi itu, seseorang hanya dapat mengatakan bahwa ia mengikuti pembelajaan jarak jauh, jika dalam proses pembelajarannya ketiga aspek tersebut terpenuhi.
Aspek keterpisahan antara pendidikdan peserta didik muncul karena sesuai dengan UU No 20 pasal 31 ayat (2) , PTJJ memang melayani masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau reguler .Mereka in i tersebar di seluruh tanag air ,mempunyai keterbatasan waktu dan jarak , serta usia yang sangat berpariasi.Dengan demikian karakterisrik peserta didik yang merupakan satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam proses pembelajaran.usia yang sangat bervariasi (khususnya untuk jenjang pendidikan tinggi), kemamp[uan yang sanagt berpasiasi,domosili tersebar diseluruh pelosok, latar belakang budaya sangat beragam , serta mempunyai waktu yang terbatas untuk belajar karena sebagian besar dari mereka sudah bekerja.
Kemandirian merupakan syarat yang semestinya dipenuhi oleh peserta didik PTJJ, namun pada kenyataannya, kadar kemampuan belajar mandiri ini sangat bervariasi karena dipengaruhi  oleh banyak faktor.
Layanan belajar berkaitan dengan tingkat kemandirian peserta didik.Pengelola PTJJ mempunyai tanggung jawab yang besar dalam pembinaan dan pengembanagan kemampuan velajar mandiri. Sebagaimana dikatakan  oleh Garison (1993), kemandirian dicapai melalui interaksi, bukan isolasi. Ini berarti peserta didik PTJJ tidak boleh dibiarkan sendiri, mereka harus disentuh dengan berbagai layanan belajar yang akan membuat mereka termotivasi dan terbebas dari kesepian.
Konsep dari pembelajaran jarak jauh yang lebih dikenal dengan istilah distance learning atau distance education, yaitu suatu sistem pendidikan dimana terdapat pemisahan antara pengajar dan siswa baik secara ruang dan/atau waktu. Disarankan kepada stakeholder untuk mengadakan identifikasi kebutuhan belajar, gaya belajar, dan infrastruktur sebelum memulai distance learning. 

Meskipun masih menjadi fenomena baru, sistem pembelajaran jarak jauh berbasis web ini mempunyai keuntungan yang berbeda dengan sistem konvensional dan computer based training (CBT). Keuntungan yang diperoleh dari sistem pembelajran jarak jauh berbasis web ini antara lain : 

1. Menghemat biaya 
2. Memperbaiki Sistem Pengajaran 
3. Lebih nyaman 
4. Kebebasan siswa dan Universalitas 
5. Kemudahan Pengajar 
6. Materi belajar yang lebih dinamis 
7. Skalabilitas yang lebih luas 
8. Membentuk sebuah komunitas
Teknologi sangat memperngaruhi orang dalam memperoleh informasi dan data dalam berbagai jenis. Terkadang hal ini menjadi kendala teknis yang utama. Dalam pembelajaran jarak jauh hal ini akan membatasi proses pembelajaran siswa. Kecepatan koneksi akan mempengaruhi dalam proses transfer data. Hal ini akan terasa ketika berupa paket audio maupun video conference

Pertama kali kita harus memilih teknologi yang digunakan dan hanya diperlukan dalam perkuliahan. Hal ini akan mempermudah siswa dalam menggunkan tools yang dibutuhkanya. Kemudian kita integrasikan tool-tools yang ada dalam sebuah halaman Web. Dengan demikian user interface akan terasa lebih simple dalam penggunaannya. Namun hal ini mempunyai kekurangan yaitu akan mengurangi beberapa kemampuan atau fasilitas program. 

3. Fungsi pembelajaran

Secara selintas pemilihan media yang digunakan sebagai alat transfer materi ajar kepada peserta didik dalam PTJJ sangat tergantung pada faktor biaya yang harus dikeluarkan, baik oleh institusi penyelenggara PTJJ maupun oleh peserta didik dan ketersediaan media bagi peserta didik. Walaupun pemikiran ini sangat masuk akal, pemilihan media ternyata sangat berkaitan erat dengan fungsi pembelajaran. Berkaitan dengan hal ini Gagne et.al. (1988) melihat tiga faktor yang perlu diperhatikan, yaitu:
• karakteristik fisik media
• tujuan belajar
• kemampuan peserta didik
Ketiga faktor ini mempunyai peranan yang cukup besar dalam pemilihan media yang tepat dalam PTJJ.

a. Karakteristik fisik media
Karakteristik fisik media merupakan satu hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media. Pertimbangan ini berkaitan dengan kemampuan media untuk menyajikan informasi verbal, baik dalam bentuk teks maupun audio. Kemampuan audio umumnya merupakan kemampuan tambahan dari beberapa media, misalnya media komputer dengan kemajuan teknologi dapat menyajikan suara, media televisi dan lain-lain. Kemampuan media dalam menyajikan informasi visual dan gerakan merupakan salah satu karakter fisik yang dapat mendasari pemilihan media.

b. Tujuan belajar
Secara umum dapat dikatakan bahwa hampir semua jenis media digunakan untuk menyampaikan sebagian besar tujuan belajar, tetapi tidak pula disangkal bahwa media tertentu akan lebih efektif apabila digunakan untuk pencapaian tujuan belajar tertentu pula. Misalnya, untuk mengajarkan bahasa asing, media cetak tidak cukup memadai untuk menyampaikan materi ajarnya. Kemampuan berbahasa asing tidak akan dapat dikuasai oleh perserta didik hanya melalui media cetak saja. Dalam hal
ini penggunaan media tambahan seperti kaset audio dan video akan menyempurnakan pemahaman ataupun penguasaan bahasa asing tersebut.

c. Kemampuan peserta didik dalam penggunaan media
Dalam pemilihan media untuk PTJJ, Rowntree (1994) mengemukakan perlu memperhatikan kemampuan perserta didik dalam menggunakan media serta kecenderungan mereka untuk menyukai media tertentu. Walaupun masih merupakan asumsi apabila kondisi ini diperhatikan akan sangat berpengaruh terhadap proses belajar pada PTJJ.


PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN
Pembelajaran yang dilaksanakan dalan PTJJ pengajaran yang dilaksanakan oleh pendidik tergambar dalam bahan ajar, bantuan belajar ( tutorial ) dan evaluasi. Dengan demikian ,  menciptakan pembelajaran yang menerapkan prisip-prinsip kontruktivisme, penyelenggaraan PJJ dituntut untuk merancang bahan ajar, dan evaluasi yang memungkinkan peserta didik untuk terlibat aktif daklam proses belajar se3hingga peserta didik akan membentuk pengetahuannya sendiri.
A.Pengembangan bahan ajar.
Bahan ajar yang dikembengkan dalam pembelajaran jarak jauh dirancang untuk belajar mandiri, artinya bahan ajar tersebut dirancang khusus sehingga peserta didik dapat belajar secara mandiri sesuai dengan kemampuan  masing-masing. Secara umum bahan ajar yang dikembangkan hendaknya dapat dicerna , komunikatif, dan jelas, mampu melibatkan proses berpikir peserta didik, serta memungkinkan peserta didik dapat mengevaluasi tingkat penguasaannya secara mandiri.
Pada umumnya bahan ajar utama dalam PJJ adalah bahan ajar cetak, namun sesuai dengan pengalaman yang harus dilalui peserta didik dalam mencapai kompetensi dan satu mata kuliah atau mata pelajaran yang karaktaristik peserta didik sendiri, paket bahan ajar cetak dan non cetak. Paket bahan ajar didesain secara khusus dan dikembangkan oleh suatu tim. Tim ini terdiri dari penulis sebagai ahli materi, penelaah, perancang pembelajar , pengembang media, editor, pengetik, da penata letak.
1.Kegiatan pembuka
Sama seperti pembelajaran tatap muka, pendidik selalu melaksanakan kegiatan pembuka dalam setiap memulai pembelajaran. Kegiatan ini juga sama tujuannya seperti dalam pembelajaran tatap muka umumnya. Kegiatan tersebut antara lain mengemukakan tujuan dan materi yangakan dibahas, pengajukan pertanyaan, mengaetkan materi yang akan dibahas denga pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki peserta didik, dan mengajukan ide-ide yang bertentangan.
2.Sajian materi
Bahan sajian materi beriosi uraian materi yang disertai dengan contoh,ilustrasi, serta latihan. Uraian materi berisi paparan tentang materi yang berupa konsep, prinsip, data dan dalil, teoro nilai dan prosedur, dan keterampilan yang disajikan secara naratif atau piktrial berpungsi untuk mendorong dan mengkondisikan tumbuhnya pengalaman belajar pada peserta didik. Materi yang disajikan hendaknya sesuai dengan kemampuan peserta didik , serta benar dan terkini. Selain itu, materi hendaknya disajikan secara logis dan sistimatis, komunikatif, dan interaktif, tidak kaku dan menarik.
Konponen pembelajar konstruktivisme yang dapat dimunculkan pada bagian sajian materi adalah tugas asli, keterlibatan peserta didik dengan permasalahan yang bermakna, serta pengetahuan tentang penerapan dan penggunaan secara kontekstual. Selain itu prinsip-prinsip pembelajara konstruktivisme yang perlu diterapkan dalam penyajian materi adalah masalah yang semakin bermakna bagi peserta didik, pengorganisasian materi sekitar konsep-konsep utama, dan menyesuaikan kurikulum untuk mengakomodasikan anggapan peserta didik.
Konponen pembelajaran konstruktivisme  yang seharusnya muncul pada bagian ini adalah pemahaman yang direprensentasikan dalam keragaman. Selain itu prinsip pembelajara konstruktivisme yang harus diterapkan pada bagian ini adalah penilaian terhadap kegiatan belajar peserta didik dalam kontek mengajar. Berkenaan dengan hal tersebut, jenis tes yang diberikan tergantung pada tujuan belajar yang diharapkan dikuasai oleh peserta didik. Jika tujuan berkenaan  dengan keterampilan , maka tes perbuatan yang dikembangkan. Jika tujuan belajar berkenaan dengan domain afektif, maka alat evaluasi non tes yang akan diberikan. Dalam bahan ajar mandiri , pengembangan masih mengalamimkesulitan kesulitan untuk mengembangkan tes formatif yang bersipat penilaian diri yang dapat mengukur kemampuan psikomotor dan afektif peserta didik.
B. Tutorial
Tutorial merupaka salah satu jenis bantuan belajar yang disediakan untuk membantu peserta didik berhasil dalam proses belajar.Tutor memiliki tanggung jawab memberikan balikan terhadap hasil belajar pada peserta didik, mengajar, dan membantu peserta didik mengembangkan ketrampilan belajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar