Tugas Mata kuliah : Penelitian TP
PERBEDAAN HASIL BELAJAR MEMBACA PERMULAAN
DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAS,
METODE EJA DAN METODE GLOBAL
PADA SISWA KELAS I SDN 006 KOTABARU
PROPOSAL
Dosen
Pengampu :
Dr.INDRATI KUSUMANINGGRUM, M.Pd
Oleh:
HAPIPAH
NIM 1109846
KELAS:
TEKNOLOGI PENDIDIKAN B
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PASCA SARJANA FKIP UNIVERSITAS RIAU
KERJA SAMA
DENGAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG
DAPTAR ISI
Halaman
BAB
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah.........................................................................1
B.
Identifikasi
Masalah...............................................................................9
C.
Pembatasan
Masalah..............................................................................9
D.
Perumusan Masalah..............................................................................10
E.
Tujuan
Penelitian..................................................................................11
F.
Manfaat
Penelitian................................................................................11
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A.
Landasan
Teori.....................................................................................14
1.
Hasil Belajar Membaca
Permulaan................................................14
2.
Belajar Membaca Permulaan..........................................................15
3.
Metode-Metode Membaca
Permulaan...........................................17
B.
Kajian Penelitian yang
relevan.............................................................24
C.
Kerangka Berpikir................................................................................25
D.
Hipotesis
Penelitian..............................................................................26
BAB
III. METODOLOGI PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian.....................................................................................27
B.
Tempat dan Waktu
Penelitian..............................................................27
C.
Populasi dan
Sampel............................................................................27
D.
Definisi
Operasional.............................................................................28
E.
Pengembangan
Instrumen....................................................................30
F.
Teknik Pengumpulan
Data...................................................................34
G.
Teknik Analisis
Data............................................................................34
DAFTAR RUJUKAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang Masalah.
Pendidikan pada dasarnya memiliki hubungan yang sangat erat
dengan perkembangan pembangunan Nasional. Hal ini karna pendidikan dapat
memperkuat keutuhan bangsa dalam Negara Kesatuan republik Indonesia.
Pelaksanaan pendidikan yang sesauia dengan tujuan pendidikan juga dapat
menunjang pelaksanaan apapun dalam bidang pembangunan. Potensi-potensi yang ada
dalam setiap diri individu dapat dikembangkan melalui pendidikan. Dengan
demikian pendidikan sangatlah perlu diperhatikan dalam pelaksanaanya.
Pendidikan merupakan proses interaksi guru sebagai pendidik
dan pengajar dengan peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan. Interaksi
dalam pembelajaran perlu perlakuan yang terarah dan terencana. Hal tersebut
dinyatakan karna keberhasilan pembelajaran sangat tergantung pada pelaksanaan
dan perencanaan pembelajaran tersebut. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
juga bergantung pada bagaimana si pendidik mempersiapkan diri untuk kegiatan
pembelajaran tersebut.
Pelaksanaan pendidikan yang sehubungan dengan pendidik
sangatlah penting dalam pelaksanaannya. Pendidik yang memiliki persiapan dalam
penbelajaran akan dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan terarah.
Pembelajaran yang terarah tentunya perlu persiapan kemampuan diri yang matang,
hal tersebut tentunya sanmgat berhubungan dengan potensi guru tersebut. Potensi
yang dimiliki perlu pengembangan yang lebih melalui koordinasi,kerjasama,dan
saling interaksi baik sesama pendidik,siswa, maupan terhadap ketrampilan
lainnya.
Peranan pendidik dan persiapannya merupakan hubungan yang
sangat erat. Pendidik yang memiliki potensi jika tidak memiliki persiapa juga
tidak akan memberikan hasil yang baik dari proses pembelajaran. Demikian juga
jika persiapan yang matang namun jika tidak disampaikan dengan cara yang
propesional maka hasilnya juga tidak akan lebih baik. Pembelajaran akan
berhasil baiak jika didasari persiapan, kemampuan dan teknik yang relepan
dengan apa yang akan disampaikan.
Pendidik adalah pekerjaan propesional, oleh karena itu guru
sebagai pelaku utama pendidikan merupakan pendidik propesional. Sebagai
epndidik propesional, guru bukan saja dituntut melaksanakan tugasnya secara
propesional, tetapi juga dituntut memiliki pengetahuan dan kemampuan
propesional. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1980) telah merumuskan
kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki guru dan mengelompokkannya atas tiga
dimensi umjum kemampuan, yakni: kemampuan propesional,kemampuan sosial, dan
kemampuan personal.
Kemampuan propesional mencakup;penguasaan materi pelajaran,
penguasaan landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan. Kemampuan sosial
yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan tuntutan kerja dan lingkungan sekitar.
Sedangkan keampuan personal mencakup; pertama penampilan sikap positip terhadap
keseluruhan tugasnya seagaigurtu, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan.
Kedua pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai yang seharusnya
dimiliki guru. Ketiga penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai anutan
dan teladan bagi para siswanya.
Perbuatan pendidik haruslah dilandasi oleh sikap dan
keyakinan sebagai pengabdian pada nusa, bangsa, dan kemanusiaan, untuk
mencerdaskan bangsa,melahirkan generasi pembangunan, atau generasi penmerus
yang kebih andal. Idialnya dalam perbuatan pendidik akan menumbuhkan rasa cinta
pada guruterhadap profesinya, terhadap pekerjaan pendidik, terhadap para
siswanya, dan sebagainya. Namun sebaliknya jika hal tersebut hanya akan bekerja
sekedar pormalitas maka apa yang dikatakan propesional tersebut juga hanyalah
pormalitas juga.
Pendidik profesional akan mengembangkan segala pengetahuan
yang diperoleh baik dari dari pormal maupun non pormal. Pengembangan
pengetahuan dimaksud berupa kiat-kiat, teknik-teknik, dan metode-metode yang
sangatlah mendukung keberhasilan pembelajaran. Kiat-kiat merupakan usaha yang
dapat membantu memperlancar proses pembelajar. Teknik dan metode suatu hal yang
sangatlah mendukung dalam perencanaan penyususna skenario pembelajaran dengan
tujuan agar pelaksanaan lebih menarik dan menyenangkan.
Tujuan utama kegiatan guru dalam mendidik ialah mempegaruhi
perubahan pola tingkah laku para siswanya. Perubahan itu terjadi karena guru
memberikan perlakuan-perlakuan. Tepat tidaknya ,efektif tidaknya perlakuan yang
diberikan guru menentukan usaha bekajar yang dilakukan oleh siswa. Upaya guru
memberikan perlakuan tersebut erat kaitannya dengan tingkat harapan dan
perubahan yang diinginkannya. Tujuan lainnya ialah mendorong dan meningkatkan
kemampuan sebagai hasil belajar. Tujuan dan harapan tersebut agar dapat
diperoleh tentunya perlu cara, teknit
yang tepat dan menarik.
Cara dan teknik yang menarik sehingga proses pembelajaran
dapat menyenangkan siswa, perlu dipilih metode yang tepat dan sesuai dengan
matreri yang akan disampaikan. Banyak metode-metode pembelajaran baru yang
dapat membantu agar suasana belajar menyennangkan. Namun tidak semua metode
tepat dan dapat digunakan untuk suatu materi tertentu. Untuk hal tersebut guru
perlu terlebih dahulu memahami suatu metode, sebelum menggunakannya. Hal
tersebut juga sangatlah erat hubungannya dengan seberapa jauh kemampuan guru
memahami metode tersebut.
Memahami sebuah
metode adalah bertujuan untuk mengetahui apakah metode tersebut dapat digunakan
pada mata pelajaran dan materi tertentu. Mata pelajaran matematika angatlah
baik menggunakan metode tertentu, namun apakah metode tersebut juga baik atau
tepat jika digunakan pada mata pelajaran lain, misalnya mata pelajaran IPS,
IPA, Bahasa Inggris ataupun Bahasa Indonesia. Denagn demikian pemilihan suatu
metode dan kemampuan guru dalam menyampaikan pembelajaran merupakan hal yang
dianggap berpengaruh dalam keberhasilan suatu proses pembelajaran.
Pemilihan metode dan kemampuan guru dalam penyampaikan
pembelajaran merupakan suatu masalah yang perlu diperhatiakan terhadap
keberhasilah pembalajaran. Permasalahan
tersebut diatasi dengan berbagai cara, diantaranya melalui pelatihan,
sosialisasi seminar bahkan lebih sering lagi dibahas dan dikonsultasikan di
porum KKG serta MKKKS. Upaya demi
keberhasilan suatu pembelajaran terus dilakukan.
Penerapan pembelajaran yang diperoleh melalui berbagai upaya
tersebut dipengaruhi beberapa hal, diantaranya; paktor pendukung seperti saran
pra sarana, kompetensi guru, media pembelajaran, dan lingkungan sekolah.
Sedangkan faktor penghabatnaya ,seperti, kurangnya kompetensi guru yang
handal,tidak adanya sarana pra sarana pendukung proses pembelajaran, media pembelajaran yang kurang lengkap, serta
lingkungan sekolah yang kurang mendukung.
Pengaruh dari beberapa hal tersebut diantaranya ; (1)
kurangnya minat belajar peserta didik, karna tidak tertarik dari proses
pembelajaran tersebut, (2) peserta didik masih ada yang di luar kelas ketika
pembelajaran sudah dimulai, (3) peserta didik masih tidak menyelesaikan setiap
tugas yang diberikan guru, (4) hasil belajar peserta didik masih rendah. Dari
beberapa mata pelajaran hal tersebut dapat dilihat khususnya pada mata
pelajaran bahasa indonesia kelas V SD Negeri 006 kotabaru Reteh Inhil.
Pembelajaran bahasa Indonesia dari jenjang SD sampai SMA
dilaksanakan secara terpadu di antara empat keterampilan yang ada, yaitu
keterampilan mendengarkan/menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Tidak
hanya empat keterampilan itu saja yang dipadukan, tetapi semua aspek kebahasaan
dipadukan. Misalnya pembelajaran struktur dipadukan dengan wacana, artinya
dalam memahami struktur kalimat bahasa Indonesia siswa diajak untuk menemukan
sendiri dalam wacana yang sudah ditentukan oleh guru. Dengan demikian,
pembelajaran struktur tersebut diajarkan melalui kalimat-kalimat yang lepas
dari konteksnya melainkan diajarkan melalui sebuah wacana.
Dalam melatih keterampilan berbahasa walaupun dalam
praktiknya keempat keterampilan tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan satu sama
lain, namun guru dapat memfokuskan salah satu di antara empat keterampilan
tersebut. Pemfokusan pembelajaran pada salah satu keterampilan ini menyangkut
pemilihan materi, metode, dan teknik pembelajaran. Jika difokuskan pada menulis
maka alokasi waktu untuk melatih menulis lebih banyak daripada keterampilan
lainnya. Jadi, yang dimaksud dengan pembelajaran bahasa Indonesia dengan fokus
membaca adalah pembelajaran bahasa Indonesia yang dipusatkan pada melatih
keterampilan membaca.
Pembelajaran membaca Secara teori ada beberapa Macam yakni,
pengajarn membaca permulaan, membaca nyaring, membaca dalam hati, membaca
pemahaman, membaca bahasa, dan membaca teknik. Pengajaran membaca permulaan ini
disajikan kepada siswa tingkat permulaan Sekolah Dasar. Tujuannya adalah
membina dasar mekanisme membaca, seperti kemampuan mengasosiasikan huruf dengan
bunyi-bunyi bahasa yang diwakilinya,membina gerakan mata membaca dari kiri ke
kanan, membaca kata-kata dan kalimat sederhana. Pengajaran membaca nyaring ini
di satu pihak dianggap merupakan bagian atau lanjutan dari pengajaran membaca
permulaan. Pengajaran membaca dalam hati membina siswa agar mereka mampu
membaca tanpa suara dan mampu memahami isi tuturan tertulis yang dibacanya. Membaca
pemahaman hampir tidak berbeda dengan pengajaran membaca dalam hati. Pengajaran
membaca bahasa pada dasarnya untuk membina kemampuan bahasa siswa. Pengajaran
membaca teknik memusatkan perhatiannya kepada pembinaan kemampuan siswa
menguasai teknik-teknik membaca yang dipandang patut dan berhubungan dengan
cara-cara membaca suatu tuturan tertulis yang tergolong rumit.
kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai
bidang studi. Apabila anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki
kemampuan membaca, maka anak akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari
berbagai bidang studi pada kelas berikutnya. Anak harus belajar membaca agar dapat membaca untuk belajar.Membaca merupakan sarana yang
tepat untuk mendapatkan
suatu pembelajaran apapun.Dengan
mengajarkan kepada anak
cara membaca berarti memberi anak tersebut sebuah masa
Memberikan
pelajaran membaca pada
anak harus memperhatikan banyak sekali
faktor, diantaranya
penyesuaian dengan kemampuan
siswa, minat anak dan
faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar membaca. Banyak guru dan orang
tua yang kurang
dan bahkan belum
menyadari pentingnya faktor
tersebut, terutama metode
yang efektif mengajarkan
membaca pada anak
usia Kanak-kanak. Pemberian
metode yang salah
bisa menyebabkan terganggunya
perkembangan psikologis anak.
Dari segi materi,
materi yang diajarkan
berdasarkan kurikulum 1993 lebih menekankan kebermaknaan belajar bagi
siswa, artinya kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa merupakan kegiatan
nyata dari kehidupannya yang
memungkinkan siswa melaksanakan aktivitas
sesuai dengan bakat, minat dan
kemampuannya. siswa tidak dipaksa untuk melakukan aktivitas pendidikan yang
sama tanpa memandang keunikan setiap
individu. Sedangkan kurikulum 1994 yang
disempurnakan menekankan
pada berbagai aspek
yang terkait dalam
proses pendidikan seperti penerapan metode,
penggunaan media sarana,
proses kegiatan belajar
dan mengajar dan termasuk
kualitas guru sebagai
pelaku utama dalam
proses pendidikan.
Banyak metode yang
diterapkan untuk memberikan
pelajaran membaca permulaan.
Sejauh ini masih sering diragukan dan belum ada yang mengetahui efektifitas
dari metode-metode yang digunakan dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan seseorang. Metode pembelajaran dengan
kata ataupun kalimat
dapat digunakan untuk memberikan
pelajaran membaca pada
siswa dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan.
Beberapa metode
membaca permulaan diungkapkan
oleh Purwanto dan Alim (1997, h.31) yaitu metode eja (spell
method), metode bunyi (klank method), metode lembaga
kata, metode global dan metode
struktural analisis dan
sintesa (SAS). Metode yang paling
sering digunakan adalam metode
lembaga kata dan metode struktural analisis dan sintesis (SAS).
Berbagai hal tentang
membaca permulaan, mendorong
penulis untuk melakukan
penelitian tentang kemampuan membaca
permulaan pada siswa kelas I SD. Penulis
akan menerapkan lembaga kata, metode Eja dan metode struktural analisis dan
sintesis (SAS) untuk
menguji efektifitas masing-masing
metode dalam meningkatkan
kemampuan membaca permulaan pada anak Karena metode-metode tersebut mampu mewakili
metode-metode yang ada
dalam membaca permulaan yaitu dengan menggunakan hurup,kata, gambar
dan kalimat sederhana. Metode menggunakan
kata hurup dengan gambar
sedangkan metode struktural
analisis dan sintesis menggunakan
kalimat dalam penyajiannya. Berdasarkan bebarapa hal tersebut di atas, maka
penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “ Perbedaan Hasil Belajar Membaca
Permulaan dengan Menggunakan Metode SAS,
Metode Eja dan Metode Global Pada Siswa kelas I SDN 006 Kotabaru ˮ.
B.
Identifikasi Masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah, maka identifikasi
masalah penelitian ini antara lain :
1.
Pembelajaran membaca permulaan di SD masih belum memperhatikan metode yang
tepat untuk disajikan.
2. Proses
pembelajaran kurang memperhatikan usia, bakat, minat, dan potensi siswa.
3. Banyaknya
metode pembelajaran membaca permulaan, namun belum dapat disesuaikan dengan faktor siswa dan kebutuhannya
4. Belum
adanya metode yang dapat dipastikan sesuai dan tepat untuk membaca permulaan
di SD.
C.
Pembatasan masalah.
Berdasarkan identifikasi masalah, maka dalam penelitian ini
dibatasi pada ;
1. Hasi
belajar membaca permulaan adalah suatu kemampuan dimana setelah siswa
mengikut
pembelajaran dapat melafalkan abjad ,suku kata, kata dan kalimat
sederhana.
2. Membaca
permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar
kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai
teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik srta melafalkannya
dengan benar.
3. Perbedaan
adalah besarnya tingkatan selisih sesuatu berdasarka fungsi,kekuatan dan
manfaatnya.
4. Metode SAS
(StrukturalAnalitikSintetik) merupakan salah satu jenis metode yang biasa digunakan untuk proses pembelajaran membaca
dan menulis permulaan bagi siswa
pemula. Pembelajaran membaca dan menulis
permulaan dengan metode ini mengawali pelajarannya
dengan menampilakan dan mengenalkan sebuah kalimat utuh. Mula-mula anak
disuguhi sebuah struktur yang memberi makna lengkap, yakni struktur kalimat.
5. Metode Eja
adalah Pembelajaran membaca dan menulis permulaan memulai pengajarannya dengan mengenalkan
huruf-huruf secara alpabetis. Huruf-huruf tersebut dilafalkan anak sesuai
bunyinya menurut abjad. Setelah melalui tahapan ini , para siswa diajak untuk berkenalan dengan suku kata
dengan cara merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenalnya.
6. Metode
global adalah belajar membaca kalimat secara utuh dengan bantuan gambar.
D.
Perumusan Masalah.
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka pernyataan
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah
terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara metode SAS dengan
metode Eja ?
2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar yang
signifikan antara metode SAS dengan metode global ?
3. Apakah terdapat berbedaan hasil belajar yang
signifikan antara metode Eja dengan metode global ?
4. Metode manakah yang paling baik diantara ketiga
metode tersebut untuk pembelajaran membaca permulaan di kelas I SD ?
E. Tujuan Penelitian.
Tujuan
penelitian perbedaan metode SAS, metode global dan metode Eja terhadap hasil
belajar membaca permulaan di SD 006 Kotabaru adalah untuk mengungkapkan :
1. Perbedaan hasil belajar yang signifikan antara
metode SAS dengan metode Eja.
2. Perbedaan hasil belajar yang signifikan antara
metode SAS dengan metode global
3. Perbedaan hasil belajar yang signifikan antara
metode Eja dengan metode global .
4. Metode paling baik digunakan untuk pembelajaran
membaca permulaan di kelas I SD .
F. Manfaat
Penelitian.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dua manfaat,
yakni manfaat secara teoritis dan manfaat praktis.
1.Manfaat teoritis
Secara teoritis manfaat penelitian ini adalah :
a. Memberi sumbangan secara
ilmiah,menambah, memperluas cakrawala pengetahuan bidang-bidang metode
khususnya metode pembelajaran membaca permulaan.
b. Mendukung teori-teori yang telah ada sebagai
salah satu sumber acuan bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian
lebih lanjut tentang metode-metode pembelajaran.
c. Secara khusus penelitian ini memberi kontribusi
pada strategi pembelajaran berupa pergeseran dari paradigma mengajar menuju ke
paradigma belajar yang mementingkan pada proses sesuai bakat, minat dan
perkembangan siswa.
2.Manfaat Praktis
Secara praktis, manfaat penelitian ini adalah :
a. Sebagai bahan kajian atau acuan dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran.
b. Menjelaskan manfaat metode pembelajaran sesuai
dengan pokok pembelajaran, lingkunga belajar, karakteristik siswa dan tingkat
kelas.
c. Sebagai masukan bagi guru, untuk memanfaatkan
metode pembelajaran membaca permulaan dalam menunjang proses pembelajaran,
khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas I SD.
d. Bagi kepala sekolah , untuk mengambil kebijakan
tentang memanfaatkan metode-metode pembelajaran, khususnya metode membaca
permulaan untuk meningkatkan mutu sekolah.
e. Bagi siswa agar lebih mudah mempelajari
pembelajaran khususnya membaca permulaan dan menumbuhkan minat dan prestasinya.
f. Bagi dinas pendidikan Kabupaten Indragiri Hilir dapat
dijadikan sebagai sarana peningkatkan kerja sama yang lebih baiak dengan SDN
006 Kotabaru yang dijadikan tempat penelitian, dan sebagai pedoman dalam
mengambil kebijakan pendidikan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Hasil Belajar membaca Permulaan
Fungsi utama pengajaran adalah memperkenalkan pengalaman
mengenal sesuatu benda kepada siswa . sebelum masuk sekolah anak-anak telah
mempunyai bermacam-macam pengalaman yang diperolah dari rumah ( lingkungan
keluarga ). Mereka telah memberi teori, cara dan pemahaman secara sederhana
tentang nama benda dari bentuk ataupungambar yang dilihatnya. Mereka belajar
menyebut nama sesuatu dengan tepat secara berulang-ulang. Penerapan ini
mencakup bagaimana cara belajar,teknik dan prosedurnya.Disamping itu, pembaca
mengamati tanda-tanda baca untuk membantu memahami maksud baris-baris tulisan.
Proses psikologis berupa kegiatan berpikir dalam mengolah informasi. Melalui
proses decoding, gambar-gambar bunyi dan kombinasinya diidentifikasi,
diuraikan kemudian diberi makna. Proses ini melibatkan knowledge of the
world dalam skemata yang berupa kategorisasi sejumlah pengetahuan dan
pengalaman yang tersimpan dalam gudang ingatan (Syafi’ie, 1999: 7).
Menurut La Barge dan Samuels (dalam Downing and Leong, 1982:
206) proses membaca permulaan melibatkan tiga komponen, yaitu (a) visual memory
(vm), (b) phonological memory (pm), dan (c) semantic memory (sm). Lambang
lambang fonem tersebut adalah kata, dan kata dibentuk menjadi kalimat. Proses
pembentukan tersebut terjadi pada ketiganya. Pada tingkat VM, huruf, kata dan
kalimat terlihat sebagai lambang grafis, sedangkan pada tingkat PM terjadi
proses pembunyian lambang. Lambang tersebut juga dalam bentuk kata, dan kalimat.
Selanjutnya dikemukakan bahwa untuk memperoleh kemampuan
membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan (a) lambang-lambang
tulis, (b) penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan (c) memasukkan makna
dalam kemahiran bahasa. Pada tingkatan membaca permulaan, pembaca belum
memiliki ketrampilan kemampuan membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam
tahap belajar untuk memperoleh ketrampilan / kemampuan membaca. Membaca pada
tingkatan ini merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan
itulah siswa dituntut dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa
tersebut,untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu
kemampuan membunyikan (a) lambang-lambang tulis, (b) penguasaan kosakata untuk
memberi arti, dan (c) memasukkan makna dalam kemahiran bahasa.Membaca permulaan
merupakan suatu proses ketrampilan dan kognitif. Proses ketrampilan menunjuk
pada pengenalan dan penguasaan lambang-lambang fonem, sedangkan proses kognitif
menunjuk pada penggunaan lambang-lambang fonem yang sudah dikenal untuk
memahami makna suatu kata atau kalimat.
2. Belajar Membaca Permulaan.
Pembelajaran memabaca permulaan diberikan di kelas I dan II.
Tujuannya adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan
dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut (Akhadiah,
1991/1992: 31). Pembelajaran membaca permulaan merupakan tingkatan proses
pembelajaran membaca untuk menguasai sistem tulisan sebagai representasi visual
bahasa. Tingkatan ini sering disebut dengan tingkatan belajar membaca (learning
to read). Membaca lanjut merupakan tingkatan proses penguasaan membaca
untuk memperoleh isi pesan yang terkandung dalam tulisan.Tingkatan ini disebut
sebagai membaca untuk belajar (reading to learn). Kedua tingkatan
tersebut bersifat kontinum, artinya pada tingkatan membaca permulaan yang fokus
kegiatannya penguasaan sistem tulisan, telah dimulai pula pembelajaran membaca
lanjut dengan pemahaman walaupun terbatas. Demikian juga pada membaca lanjut
menekankan pada pemahaman isi bacaan, masih perlu perbaikan dan penyempurnaan
penguasaan teknik membaca permulaan (Syafi’ie,1999: 16).
Dalam teori pendidikan klasik, mendidik anak-anak
pra-sekolah dan kelas-kelas rendah belum memberi pengetahuan intelektual.
Pendidikan lebih ditekankan pada usaha menyempurnakan rasa. Yang harus
dikembangkan adalah kecerdasan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dan
pengendalian emosinya.. Pendidikan pra-sekolah sesungguhnya ditekankan pada
bagaimana menumbuhkan perasaan senang berimajinasi, menggunggah dan menggali
hal-hal kecil di sekitarnya. Jika anak sudah senang terhadap hal-hal tersebut,
dengan sendirinya minat dan potensi akademiknya akan tumbuh tepat pada
waktunya, yaitu ketika tantangan dan tuntutan hidupnya semakin besar.
Pembelajaran bahasa yang utama ialah sebagai alat komunikasi. Seorang anak
belajar bahasa karena di desak oleh kebutuhan untuk berkomunikasi dengan
orang-orang di lingkungan sekitar. Oleh karena itu sejak dini anak-anak
diarahkan agar mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar untuk
berkomunikasi dalam berbagai situasi yaitu, mampu menyapa, mengajukan
pertanyaan, menjawab, menyebutkan pendapat dan perasaan melalui bahasa (Thahir,
1993:2 dalam http://digilib.unnes.ac.id)
Tujuan pengajaran bahasa Indonesia yang utama adalah agar
siswa terampil berbahasa. Kegiatan berbahasa tercermin dalam berbicara,
membaca, menulis, dan menyimak dalam kehidupan sehari-hari. Keempat
keterampilan berbahasa tersebut diperoleh secara hierarkis. Maksudnya,
pemerolehan keterampilan keterampilan berbahasa yang satu akan mendasari
keterampilan lainnya. Keterampilan menyimak dan berbicara , yang merupakan
keterampilan berbahasa reseptif, diperoleh seseorang untuk pertama kalinya di
lingkungan rumah. Keterampilan membaca dan menulis, yakni keterampilan
berbahasa produktif, diperoleh seseorang ketika mereka memasuki pendidikan
formal. Oleh karena itu, kedua jenis keterampilan berbahasa ini merupakan
sajian pembelajaran yang utama dan pertama bagi siswa sekolah dasar di kelas
awal. Kedua materi keterampilan berbahasa ini dikemas dalam satu kemasan
pembelajaran yang dikenal dengan MMP (Membaca dan Menulis Permulaan). Dalam hal
ini sekolah memiliki peranan yang strategis dalam meletakkan kemampuan, minat
dan kegemaran membaca dan menulis. Namun berdasarkan hasil survey diketahui bahwa
kemampuan membaca dan menulis anak-anak Indonesia masih tergolong rendah dan
masih banyak terdapat kesalahan dari segi teknik membaca dan menulis itu
sendiri.
3. Metode-Metode Membaca Permulaan.
Metode adalah cara yang telah teratur dan terpilih secara
baik untuk mencapai suatu maksud, cara mengajar (KBB,1984: 649). Sedangkan yang
dimaksud dengan membaca permulaan adalah pengajaran membaca awal yang diberikan
kepada siswa kelas 1 dengan tujuan agar siswa terampil membaca serta
mengembangkan pengetahuan bahasa dan keterampilan bahasa guna menghadapi kelas
berikutnya.Dalam pembelajaran membaca permulaan, ada berbagai metode yang dapat
dipergunakan , antara lain (1) metode abjad (2) metode bunyi (3) metode kupas
rangkai suku kata (4) metode kata lembaga (5) metode global dan (6) metode
Struktual Analitik Sinteksis (SAS).(Alhkadiah,1992: 32-34).
a. Metode abjad dan metode bunyi
Proses pembelajaran
membaca permulaan dengan metode bunyi hampir sama dengan metode eja, hanya saja
perbedaannya terletak pada sistem pelafalan abjad atau huruf.
Misalnya : huruf b dilafalkan /beh/
d dilafalkan /deh/
c dilafalkan /ceh/
g dilafalkan /geh/
p dilafalkan /peh/ dan sebagainya.
Dengan demikian kata “nani” dieja menjadi :
En.a à
na
En.i à
ni à
dibaca à
na-ni
Metode ini sebenarnya merupakan bagian dari metode eja. Prinsip dasar proses
pembelajarannya tidak jauh berbeda dengan metode eja/abjad. Perbedaannya hanya
terletak pada cara atau sistem pembacaan (pelafalan) abjad
Menurut Alhkadiah,kedua metode ini sudah sangat tua.
Menggunakan kata-kata lepas, misalnya:
Metode
abjad
: bo-bo-bobo la-ri-lari
Metode
bunyi
: na-na-nana lu-pa-lupa
b. Metode kupas rangkai suku kata dan metode kata
lembaga
Kedua metode ini menggunakan cara mengurai dan merangkaikan.
Misalnya:
- Metode kupas rangkai suku
kata : ma ta-ma ta
pa pa-pa
pa
Metode
kata
lembaga
: Bola-bo-la-b-o-l-a-b-o-l-a-bola
c. Metode global
Salah
satu metode pembelajaran membaca permulaan yang akan diangkat dalam tulisan ini
adalah metode membaca global. Menurut Purwanto (1997:32), “Metode global adalah
metode yang melihat segala sesuatu sebagai keseluruhan. Penemu metode ini ialah
seorang ahli ilmu jiwa dan ahli pendidikan bangsa Belgia yang bernama Decroly.”
Kemudian Depdiknas (2000:6) mendefinisikan bahwa metode global adalah cara
belajar membaca kalimat secara utuh. Metode global ini didasarkan pada
pendekatan kalimat. Caranya ialah guru mengajarkan membaca dan menulis dengan
menampilkan kalimat di bawah gambar. Metode global dapat juga diterapkan dengan
kalimat tanpa bantuan gambar. Selanjutnya, siswa menguraikan kalimat menjadi
kata, menguraikan kata menjadi suku kata, dan menguraikan suku kata menjadi
huruf.
Langkah-langkah penerapan metode global adalah
sebagai berikut:
1) Siswa
membaca kalimat dengan bantuan gambar. Jika sudah lancar, siswa membaca tanpa
bantuan gambar, misalnya ; Ini nani
2)
Menguraikan kalimat dengan kata-kata: /ini/ /nani/
3)
Menguraikan kata-kata menjadi suku kata: i – ni na – ni
4)
Menguraikan suku kata menjadi huruf-huruf, misalnya: i – n – i - n – a – n – i
Metode global memulai pengajaran membaca dan menulis
permulaan dengan membaca kalimat secara utuh yang ada di bawah gambar.
Menguraikan kalimat dengan kata-kata, menguraikan kata-kata menjadi suku kata
(Djauzak, 1996:6).Metode global timbul sebagai akibat adanya pengaruh aliran
psikologi gestalt, yang berpendapat bahwa suatu kebulatan atau kesatuan akan
lebih bermakna daripada jumlah bagian-bagiannya.Memperkenalkan kepada siswa
beberapa kalimat, untuk dibaca.
d. Metode SAS
Teknik pelaksanaan Metode SAS ialah keterampilan
memilih kartu kata dan kartu kalimat. Sementara anak-anak mencari huruf, suku
kata, kata, pengajar dengan sebagian anak yang lain menempel-nempelkan kata kata
yang tersusun menjadi kalimat yang berarti. Begitu seterusnya sehingga semua
anak mendapat giliran untuk menyusun kalimat, membacanya dan yang paling
mengutipnya sebagai keterampilan menulis. Media lain selain papantulis, papan
panel, OHP (Over Head Projector) dapat juga digunakan.
Menuryut (Supriyadi, 1996: 334-335) pengertian metode SAS
adalah suatu pendekatan cerita di sertai dengan gambar yang didalamnya
terkandung unsur analitik sintetik. Metode SAS menurut (Djuzak,1996:8) adalah
suatu pembelajaran menulis permulaan yang didasarkan atas pendekatan cerita
yakni cara memulai mengajar menulis dengan menampil cerita yang diambil dari
dialog siswa dan guru atau siswa dengan siswa. Teknik pelaksanaan pembelajaran
metode SAS yakni keterampilan menulis kartu huruf, kartu suku kata, kartu kata
dan kartu kalimat, sementara sebagian siswa mencari huruf, suku kata dan kata,
guru dan sebagian siswa menempel kata-kata yang tersusun sehingga menjadi
kalimat yang berarti (Subana). Proses operasional metode SAS mempunyai
langkah-lagkah dengan urutan sebagai berikut:
a. Struktur yaitu menampilkan keseluruhan.
b. Analitik yatu melakukan proses penguraian.
c. Sintetik yaitu melakukan penggalan pada struktur semula.
Prosedur
penggunaan Metode SAS
Metode ini dibagi menjadi 2tahap, yaitu: (1) tanpa buku (2)
menggunakan buku.Mengenai itu, Momo(1987) mengemukakan beberapa cara yaitu:
1. Tahap tanpa buku, dengan cara:
- Merekam bahasa siswa
- Menampilakn gambar sambil bercerita
- Membaca gambar
- Membaca gambar dengan kartu kalimat
- Membaca kalimat secara struktual (S)
- Proses Analitik (A)
- Proses Sintetik (S)
2. Tahap dengan buku, dengan cara:
- Membaca buku pelajaran
- Membaca majalah bergambar
- Membaca bacaan yang disususn oleh guru dan siswa.
- Membaca bacaan yang disusun oleh siswa secara berkelopok.
- Membaca bacaan yang disusun oleh siswa secara individual.
Metode ini yang dipandang paling cocok dengan jiwa anak atau
siswa adalah metode SAS menurut Supriyadi dkk (1992). Alasan mengapa metode SAS
ini dipandang baik adalah:
Metode ini menganut prinsip ilmu bahasa umum, bahwa bentuk
bahasa yang terkecil adalah kalimat.
Metode ini memperhitungkan pengalaman bahasa anak.
Metode ini menganut prinsip menemukan sendiri.
Kelemahan metode SAS, yaitu:
Kurang praktis
Membutuhkan banyak waktu
Membutuhkan alat peraga
e. Metode Eja
Metode eja adalah belajar membaca yang dimulai dari mengeja
huruf demi huruf. Pendekatan yang dipakai dalam metode eja adalah pendekatan
harfiah. Siswa mulai diperkenalkan dengan lambang-lambang huruf. Pembelajaran
metode Eja terdiri dari pengenalan huruf atau abjad A sampai dengan Z dan
pengenalan bunyi huruf atau fonem.
Metode eja di dasarkan pada pendekatan harfiah, artinya
belajar membaca dan menulis dimulai dari huruf-huruf yang dirangkaikan menjadi
suku kata. Oleh karena itu pengajaran dimulai dari pengenalan huruf-huruf.
Demikian halnya dengan pengajaran menulis di mulai dari huruf lepas, dengan
langka-langkah sebagai berikut:
1). Menulis huruf lepas
2). Merangkaikan huruf
lepas menjadi suku kata
3). Merangkaikan suku
kata menjadi kata
4).Menyusun kata menjadi
kalimat (Djauzak, 1996:4)
Pembelajaran membaca dan
menulis permulaan dengan metode ini memulai pengajarannya dengan mengenalkan
huruf-huruf secara alpabetis. Huruf-huruf tersebut dilafalkan anak sesuai
bunyinya menurut abjad. Setelah melalui tahapan ini , para siswa diajak untuk
berkenalan dengan suku kata dengan cara merangkaikan beberapa huruf yang sudah
dikenalnya.
Misalnya : b, a à
ba (dibaca be.a à
ba)
d,u à
du (dibaca de.u à
du)
ba-du dilafalkan badu
b, u, k, u menjadi b.u à bu (dibaca be.u à bu)
k.u à
ku (dibaca ka.u à
ku)
Proses ini sama dengan
menulis permulaan, setelah anak-anak bisa menulis huruf-huruf lepas, kemudian
dilanjutkan dengan belajar menulis rangkaian huruf yang berupa suku kata.
Proses pembelajaran selanjutnya adalah pengenalan kalimat-kalimat sederhana.
Contoh-contoh perangkaian huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan
kata menjadi kalimat. Dalam pemilihan bahan ajar membaca dan menulis permulaan
hendaknya dimulai dari hal-hal yang konkret menuju hal-hal yang abstrak, dari
hal-hal yang mudah, akrab, familiar dengan kehidupan anak menuju yang sulit dan
mungkin merupakan sesuatu yang baru bagi anak.
f. Metode kata lembaga
Metode kata lembaga di mulai mengajar dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1). Mengenalkan kata
2). Merangkaikan kata antar suku kata
3). Menguraikan suku kata atas huruf-hurufnya
4). Menggabungkan huruf menjadi kata (Djauzak, 1996:5)
B.
Kajian Penelitian yang Relevan
1. Dinelti (
2010 ) dengan judul penelitian perbedaan hasil belajar bahasa indonesia dengan
menggunakan metode inkuiry dan metode latihan
SDN Darma yudha Pekanbaru.dengan kesimpulan adanya perbedaan yang
signipikan antara kedua metode tersebut terhadap hasil belajar bahasa indonesia
siswa.
2. Afrina (2010
) dengan judul penelitian perbedaan model pembelajaran kooperatif dan model
pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar matematika siswa SMK I Taluk
Kuantan. Dengan kesimpulan terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua
metode tersebut terhadap hasil belajar matematika siswa SMK I taluk Kuantan.
3. Munawarah
(2010 ) Perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fikih di pondok
pesentren islamic center kampar dengan menggunakan model problem based dan
model problem soulping. Dengan kesimpulan terdapat perbedaan hasil belajar yang
signifikan diantara kedua metode tersebut.
4. Zulfikar (
2011 ) perbedaan pendekatan pembelajaran inkuiry dan tanya jawab terhadap hasil
belajar bahas indonesia siswa kelas V SDN kecamatan Rokan IV Koto Kabupaten
Kampar. Dengan kesimpulan terdapat perbedaan nyang signipikan dari kedua metode
tersebut terhadap hasil belajar bahasa indonesia siswa kelas V SDN kecamatan
Rokan IV Koto Kabupaten Kampar.
5. Erlina
(2011) perbedaan hasil belajar bahasa indonesia dengan menggunakan metode
integratif, metode ikuiry, dan metode bermain peran SDn 16 kecamatan Tampan
Pekanbaru. Dengan kesimpulan terdapat perbedaan hasil belajar yang
signifikan dari ketiga metode tersebut.
C.
Kerangka Berpikir
1. Iteraksi metode SAS, metode
global, dan metode Eja terhadap hasil belajar membaca permulaan
Interaksi dapat
terjadi apabila terjadi perbedaan dari variabel lainnya. Terjadinya interaksi
dalam perlakuan ( treatmen ) akan
ditandai dengan hasil belajar. Variabel bebas dalam penelitian in adalah metode
SAS, metode global, dan metode Eja, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil
belajar siswa. Jika interaksi pada
perlakuan tidak terjadi maka hal ini
akan ditandai dengan adanya hasil yang
sama pada ketiga metode tersebut.
1. Perbedaan metode SAS, metode global, dan mtode Eja
terhadap hasil belajar membaca permulan.
Dilaksanaka pembelajaran dengan perlakuan yang berbeda dari
kelompok yang sama tingkatannya untuk mengetahui seberapa besar perbedaan hasil
belajar dari ketiga metode tersebut.materi yang diberikan sama tingkat kesulitn
juag sama. Dari tes hasil belajar akan ditentukan seberapa besar perbedaan atau
selisihya. Jika terdapat perbedaan hasil belajar dari ketiga metode tersebut
artinya ada metode yang mungkin lebih baik dari metode yang lainnya. Perbedaan
tersebut akan diuji dengan menggunakan uji F, untuk mengetahui apakah perbedaan
terebut signifikan atau tidak. Keberartian pebedaan metode tersebut apabila
terdapat perbedaan yan signifikan.
D. Hipotesis
Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka
berfikir di atas, dapat dirumuskan bahwa hipotesis penelitin ini sebagai
berikut :
1. Ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara
metode SAS dengan metode Eja terhadap hasil belajar membaca permulaan siswa
kelas I SDN 006 Kotabaru.
2. Ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara
metode SAS dengan metode global terhadap hasil belajar membaca permulaan siswa
kelas I SDN 006 Kotabaru.
3. Ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara
metode Eja dengan metode global terhadap hasil belajar membaca permulaan siswa
kelas I SDN 006 Kotabaru.
4. Ada satu metode paling baik digunakan untuk
pembelajaran membaca permulaan di kelas I SD.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Jenis penlitian ini menggunakan metode eksperimen, yaitu
penelitian yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang dapat diperoleh dari
eksperimen semu (quasi exsperimen) berdasarkan perlakuan ( treatment ) terhadap suatu unit percobaan dalam batas-batas desain
yang ditetapkan di kelas eksperimen
sehingga diperoleh data yang menggambarkan apa
yang diharapkan. Menurut sugiono (2006:86), quasi eskperimen dikgunakan karena pada kenyataan sulit mendapatkan
kelompok kontrol yang dapat digunakan untuk penelitian ( tidak dapat sepenuhnya
mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen).
Eksperimen menggunakan metode SAS,metode Eja, dan metode global.
B.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas I SDN 006 Kotabaru pada
semester genap tahun pelejara 2012/2013 sesusi dengan urutan materi dan
silabus. Penelitan ini berlangsung selama dua bulan yang yang dimulai pada
bulan Pebruari-Maret 2012. Sebelum pelaksanaan
penelitian terlebih dahulu dilakukan iju coba instrumen penelitian untuk
melihat validasi dan reabilitas instrumen penelitian.
C.
Popolasi dan sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas I
SDN 006 Kotabaru Kabupaten Indragiri Hilir Tahun Pelajaran 2012-2013. Dengan
karakteristik sebagai berikut :
a. Masih
dikatakan aktif sebagai siswa kelas I SDN 006 Kotabaru.
b. Siswa di
ajar oleh guru kelas I yang sama.
Jumlah populasi
penelitian dapat dilihat pada tabel1 berikut ini :
Tabel 1 ; jumlah siswa kelas I SDN 006 kotabar
kelas
|
Metode
|
Jenis
Kelamin
|
Jumlah
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
X.1
|
SAS
|
17
|
18
|
35
|
X.2
|
Eja
|
19
|
16
|
35
|
X.3
|
Global
|
19
|
15
|
34
|
Jumlah
|
|
55
|
49
|
104
|
Sumber : kepsek SDN 006 Kotabaru
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini terdiri dari tiga kelas yang
dijadikan kelas eksperimen. Jumlah siswa dari ketiga kelas tersebut hanya
terdapat sedikit perbedaan. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengundi kelas
,untuk menentukan kelas dan metode yang digunakan. Dari ketiga kelas diberikan
materi lama waktunyang yang sama, namun perlakuan dan metode yang berbeda.
D.
Definisi Operasional Variabel
Supaya tidak terjadi kesalahan dalam pemahaman mengenai
istilah yang digunakan dalam penelitian, maka peneliti mengemukakan definisi
operasional variabel penelitian ini sebagai berikut :
1. variabel terikat
adalah hasil belajar.
2. Variabel
bebas adalah metode SAS, metode Eja, metode global.
3. Metode SAS
(StrukturalAnalitikSintetik) merupakan salah satu jenis metode yang biasa digunakan
untuk proses pembelajaran membaca dan menulis permulaan bagi siswa pemula. Pembelajaran membaca dan menulis
permulaan dengan metode ini mengawali pelajarannya dengan menampilakan dan
mengenalkan sebuah kalimat utuh. Mula-mula anak disuguhi sebuah struktur yang
memberi makna lengkap, yakni struktur kalimat.
4. Metode Eja
adalah Pembelajaran membaca dan menulis permulaan memulai pengajarannya dengan mengenalkan
huruf-huruf secara alpabetis. Huruf-huruf tersebut dilafalkan anak sesuai
bunyinya menurut abjad. Setelah melalui tahapan ini , para siswa diajak untuk berkenalan dengan suku kata
dengan cara merangkaikan beberapa huruf
yang sudah dikenalnya.
5. Metode global adalah belajar membaca kalimat secara
utuh dengan bantuan gambar.
6. Hasi
belajar membaca permulaan adalah suatu kemampuan dimana setelah siswa
mengikut
pembelajaran dapat melafalkan abjad ,suku kata, kata dan kalimat
sederhana.
7. Perbedaan
adalah besarnya tingkatan selisih sesuatu berdasarka fungsi,kekuatan dan Manfaatnya.
8. Membaca
permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar
kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai
teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik srta melafalkannya
dengan benar.
E.
Pengembangan Instrumen
1.Instrumen Hasil Belajar
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini untuk
memperoleh data hasil belajar siswa berupa tes membaca. Instrumen tes hasil
belajar disusun berdasarkan tujuan pembelajaran khusus ( TPK ) dari materi yang
di eksperimenkan. Penskoran tes menggunakan rumus ( Arief,dkk 1989:265 ), yaitu
:
S =
Keterangan :
S = Skor
Jb = Jumlah Benar
Js = Jumlah Soal
Pembelajaran yang akan di eksperimenkan dalam mata pelajaran
Bahasa indonesia dengan metode SAS, metode Eja, metode Global adalah materi
pengenalan hurup b, d, k, h, r, dan s. Hurup-hurup
tersebut akan dipadukan menjadi sebuah kelimat yang bermakna.
Materi tersebut dirancang untuk penyampainyannya dalam
proses melalui rencana pembelajaran yang siap dilaksanakan di kelas I.1, I.2,
I.3 di SDN 006 Kotabaru pada semester genap. Rencana pembelajaran ini akan
dilaksanakan selama empat kali pertemuan dengan alokasi waktu 12 x 35 menit.
Sebelum tes diberikan pada siswa sebagai sampel penelitian maka dilakukan uji
coba. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui validitas dan reabilitas tes.
a). Validitas
Validitas hasil belajar, jika tes tersebut adalah pencapaian
hasil belajar maka hasil tes tersebut apabila diinterpestasi secara intensif,
hasil yang dicapai memang benar menunjukkan ranah evaluasi pencapaian hasil
belajar.
b). Reliabilitas
Reliabilitas tes dihitung untuk mengetahui tingkat keajengan
tes tersebut. Sebuah tes disebut reliabel jika tes tersebut menghasilkan skor
konsisten. Penghitungan reliabilitas tes digunakan rumus kuder Richardson (
K-R20) yang dikemukakan oleh suharmisi arikunto (2006:187) sebagai berikut :
keterangan :
Reliabilitas tes secara keseluruhan
p = proposi peserta
membaca dengan benar
q = (1-p) Proposi
pesrta membaca dengan salah
∑pq= jumlah perkalian p dan q
N = jumlah item
bacaan ynag berdasarkan skor
Vt = variansi
total
Berdasarkan koefisien reabilias tes diinterprestasikan untuk
menyatakan kriteria dikategorikan sebagai berikut :
rp ≤ 0,20 derajar
reabilitas sangat rendah
0,20 < rp ≤ 0,40 derajat reabilitas rendah
0,40 < < rp ≤
0,60 derajat reabilitas sedang
0,60 < rp ≤
0,80 derajat reabilitas tinggi
0.80 < rp ≤
1,00 derajat reabilitas sangat tinggi
Hasil uji coba tes yang telah dihitung validitas dan
reliabilitasnya, dinyatakan bahwa dari 30 soal tes uji coba hasil belajar, 5
diantaranya tidakm valid karena thitungtabel. Soal tes hasil
belajar yang digunakan dalam penelitian tinggal 25 butir soal.
c). Pengembangan soal
1. Daya beda soal
Untuk menentukan daya pembeda soal digunakan rumus Brown
yang dikemukakan Suharmisi Arikunto (2005:217) berikut ini :
Dp = PA – PB
Ketrangan ; DP = daya pembeda
PA= Proposi pesrta kelompok atas yang membaca soal (bacaan
kalimat,kata,atau soal)
PB=Proposi peserta kelompok bawah yang membaca soal(bacaan
kalimat,kata,atau soal)
Klasipfikasi daya pembeda :
0,00 - 0,20 : Jelek
0,20 – 0,40 : Cukup
0,40 – 0,70 : Baik
0,70 – 1,00 ; Baik sekali
2. Tingkat kesukaran
Untuk mengidentifikasi kalimat bacaan soal yang baik dan
mana yang kurang baik dilakukan analisis masing-masing kalimat bacaan
soal.Penentuan indeks kesukaran ditentukan dengan rumus :
TK =
Dengan ketentuan : B = banyaknya siswa yang membaca dengan
benar
N
= jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria interprestasi tingkat kesukaran sebagai berikut :
IK = 0,00 soal
sangat sukar
0,00 < IK ≤ 0,30 soal
sukar
0,30 < IK ≤ 0,70 soal
sedang
0,70 < IK ≤ 1,00 soal
mudah
IK = 1,00 soal
terlalu mudah
Perhitungan indeks kesukaran item uji coba tes hasil belajar
dan interprestasi indeks kesukaran daya pembeda setiap butir soal menggunaka
rumus berikut :
D =
(Suharsimi,
2003 )
Keterangan :
J =Jumlah peserta
tes
JA = banyaknya
peserta kelompok atas
JB = banyaknya
peserta kelompok bawah
BA = banyaknya pesrtya kelompok atas yang menmbaca
dengan benar
BB = banyaknya eserta kelompok bawah yang membaca
dengan benar
PA = proposi kelompok atas yang membaca benar
PB = proposi kelompok bawah yang membaca benar
Kriteria daya pembeda adalah :
D : 0,00 - 0,20 :
kurang baik
D : 0,20 -
0,40 :cukup
D : 0,40 – 0,70 : baik
D : 0,70 – 1,00 :baik sekali
F.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data diawali dengan melakukan wawancara dengan
beberap guru kelas satu SD. Guru asd tersebut adalah guru elas satu yang
terdapat di tiga SDN yang ada di kotabaru. SDN dimaksud adalah SDN 005
Kotabaru, SDN 002 Kotabaru, dan SDN 001 Kotabaru. SDN-SDN tersebut merupakan
sekolah –sekolah yang terdekat disekitar ASDN 006 Kotabaru tersebut.
Pengumpulan data juga dilakukan dengan cara observasi di beberapa
SDN yang ada di Kotabaru tersebut. Observasi akan diperoleh dar bebrapa guru,
tidak hanya guru kelas tetapi guru kelas
lain juga. Guru-guru tersebut adalah guru-guru yang ada di sekolah terdekat
denga SDN 006 Kotabaru tersebut.
Data tersebut diperoleh dengan mempersiapkan beberapa
pertanyaan yang telah dirancang sedemikian rupa. Rancangan tersebut dimaksut
agar pada waktu pelaksanaan lebuh terarah dan terstruktur. Data yang diperoleh
akan dimasukkan ke dalam tabel yang telh dirancang sebelumnya.
G.
Teknis Analisis Data
Data dalam penelitian ini dianalisis engan menggunakan
analisis rata-rata.Adapun langkah-langkah dalam analisis data ini meliputi ;
(1) membuat deskrifsi data; (2) melakukan pengujian pengujian persyaratan
analisis; dan (3) melakukan pengujian hipotesis penelitian.
1. Deskripsi Data
Deskripsi data ini menyajikan keadaan data masing-masing
kelompok data penelitian, seperti skor rata-rat- (mean),standar deviasi, tabel distribusi frekuensi histogram, dan
kategori tingkat pencapaian rata-rata responden masing-masing variabel
penelitian.
Angka
|
Keterangan/kategori
|
80 – 100
66 – 79
56 – 65
40 – 55
30 – 39
|
Baik
sekali
Baik
Cukup baik
Kurang
baik
Gagal
|
2. Pengujian Persyaratan Analisis
Teknik pengujian analisis data dalam penelitian ini
menggunakan uji perbedaan rata-rata. Sudjana ( 2002:99) mengatakan bahwa dalam
menggunakan uji perbedaan rata-rata, data harus berasal dari populasi yang
berdistribusi normal dan data kelompok variabs yabg homogen.
a. Uji Normalitas
Pengujian normalitas data menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov. Tujuan uji normalitas ini adalah untuk memeriksa apakah
data populasi berdistribusi normal. Wahana (2004;161 dalam
Zulfikar:48)mengatakan pedoman dalam pengambilan keputusan dengan menggunakan
uji Kolmogorov-Smirnov adalah sebagai berikut :
1. Jika nilai signifikan atau nilai probabilitas (p)<0,05
disimpulkan populasi tidak berdistribusi
normal.
2. Jika nilai signifikan atau nilai probabilitas (p)>0,05
populasi berdistribusi normal.
b. Uji homogenitas
uji homogenitas varian populasi ditunjukan terhadap
kelompok-kelompok populasi yang hasil belajar siswa setiap kelompok eksperimen.
Uji ini dilakukan untuk melihat kesamaan, keragaman kemampuan siswa dari tiap
kelompok.
3. Pengujian hipotesis Penelitian
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data guna untuk
melihat pengaruh metode SAS, metode Eja, metode global terhadap hasil
belajar dengan menggunakan uji-t dan
anava. Untuk pengujian hipongan tesis 1, 3, dan 4 dilakukan dengan uji-t pada
taraf alpa 0,05 dengan rumus ;
t=
, dengan SD =
(sugiono,2003:134)
Keterangan :
x1 = rata-rata nilai kelompok eksperimen
x2 = rata-rata
nilai kelompok kontrol
n1 = jumlah subjek/sampel dalam kelompok
eksperimen
n2 = jumlah subjek/sampel dalam kelompok
kontrol
S1 = nilai standar deviasi kelompok eksperimen
S2 = nilai standar deviasi kelompok kontrol
Sedangkan uji hipotesis ke dua untuk melihat interaksi
antara metode satu dengan metode lainnya terhadap hasil belajar membaca
permulaan siswa kelas I SDN 006 Kotabaru digunakan analisis Anava. Namun
sebelum analisis data dilakukan terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan
analisis yakni uji normalitas dengan formula Liliefors dan uji homogenitas data
dengan uji F
Analisis varian dengan menggunakan uji F untuk melihat
kebersamaan dan keragaman terhadap hasil belajar setiap kelompok ( kelompok 1,
2, 3 ). Sesudah itu dilanjutkan dengan Tukey mengetahui kelompok yang baik dari
krlompok lain yang jumlah sampelnya sama.
Untuk keprluan pengujian hipotesis, diperlukan perumusan
hipotesis statistik sebagai berikut :
1.
Hipotesis Pertama
Ho : Hasil
belajar membaca permulaan siswa kelas I SDN 006 Kotabaru yang diajarkan dengan
metode SAS sama dengan hasil belajar membaca permulaan dengan menggunakan
metode Eja, atau metode Eja dengan global, dan metode global dengan SAS
Hi : Hasil
belajar membaca permulaan kelas satu SDN 006 Kotabaru yang diajarkan dengan
metode SAS lebih tinggi daripada hasil belajar membaca permulaan dengan
menggunakan metode Eja,atau metode Eja dengan global,dan metode global dengan SAS.
Dengan simbol : Ho : μ
=μ
Hi
: μ
2. Hipotesis kedua
Ho : Tidak
terdapat interaksi antara metode SAS dengan metode Eja, atau metode global
denga Eja, dan metode global dengan SAS terhadap hasil belajar membaca
permulaan siswa SDN 006 Kotabaru.
Hi : Terdapat interaksi antara metode SAS dengan
metode Eja, atau metode global dengan metode Eja, dan metode global dengan SAS terhadap
hasil belajar membaca permulaan siswa SDN 006 Kotabaru.
Dengan simbol
: Ho : μ A≠ μ B=0
Hi : μ
A x μ B=0
DAFTAR RUJUKAN
Abdurrahman,
Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak
Berkesulitan Belajar. Jakarta : PT Asdi Mahasatya.
Depdiknas.
2000. Metodik Khusus Pengajaran Bahasa
Indonesia di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikdasmen.
Purwanto, M.
Ngalim dan Djeniah. 1997. Metodologi Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah
Dasar. Jakarta: PT Rosda Jayaputra
Alexander, J.F.
(ed). (1983). Teaching Reading, Boston:
Little, Brown and Company.
Baraja, M.F. (1980). Mendengarkan dan Memahami, Jakarta
: P3G.
Finoza,
Lamudding. (2001). Komposisi Bahasa
Indonesi. Jakarta: Diksi Insan Mulia.
Marahimin, Ismail. (2001). Menulis Secara Populer. Jakarta:
Pustaka Jaya.
Novita, Ita
Dian. “Mentradisikan Pembelajaran Menulis”. Kompas, 21 November 2000.
Pearson, David P. (1979). Some
Practical Applications of A Psycholpinguistic Model
Smith, Frank. (1988). Understanding Reading. New
Jersey: Lawrence Elbaum Associates.
Suyoto, Hj. Pujiati dan Iim Rohmina.
(1977). Evaluasi Pengajaran Bahasa
Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka.
Tampubolon,
D.P. (1987). Kemampuan Membaca: Teknik
Membaca Efektif dan Effisien.
Bandung: Angkasa.
Valette, R. (1977). Modern Language Testing, New
York: Brace Jovanovic Inc.
Zorn, Robert L. (1991). Speed Reading. New York:
Harper Prennial.